Agroforestry adalah praktik penggunaan lahan yang
sudah dilakukan sejak lama (kuno) di berbagai wilayah di dunia, dan merupakan
perpaduan antara pertanian dan kehutanan. Sebagaimana hutan tropis, agroforestry
di wilayah tropis selain penting dalam produksi pangan juga memainkan peran penting dalam mitigasi perubahan iklim dan merupakan
tempat hidup keanekaragaman flora dan fauna. Agroforestry
juga dapat berfungsi dalam melestarikan keanekaragaman tumbuhan serta sebagai sumber kayu dan produk non-kayu, seperti buah-buahan, damar,
gaharu, madu, nira, dan berbagai bahan anyaman dan kerajinan lainnya, yang penting secara komersial. Oleh karena itu, agroforestry
juga dapat dikatakan sebagai sistem pengelolaan penggunaan lahan yang efisien
dan terintegrasi dengan pembudidayaan tanaman-tanaman pertanian tertentu, spesies-spesies pohon hutan atau pemeliharaan hewan ternak secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama, dengan praktik pengelolaan yang tepat, yang menghasilkan peningkatan keseluruhan paduan produksi melalui seperangkat kondisi iklim dan tanah dan status sosial ekonomi masyarakat setempat.
Ini melibatkan interaksi antara
pohon-pohon penghasil kayu jangka panjang secara ekologis dan ekonomi dengan tanaman atau ternak,
yang memberikan pendapakan secara rutin dalam jangka pendek. Hal ini karena tanaman pertanian, tanaman keras/kayu (pohon/tanaman hutan) dan hewan merupakan komponen utama suatu agroforestry (Toppo dan
Raj, 2018).
Dengan kata
lain, agroforestry merupakan sistem penggunaan lahan yang berkelanjutan secara
ekologis, yang mempertahankan peningkatan hasil total dengan
menggabungkan tanaman pangan (semusim dan tahunan) dengan tanaman pohon (tanaman keras,
tahunan) atau ternak pada suatu satuan lahan. Satu hamparan lahan
agroforestry dapat
meliputi batas, gundukan, daerah terlantar dimana sistem ini dapat dilaksanakan. Pelaku
agroforestry di daerah tropis biasanya mempertahankan berbagai
jenis pohon, misalnya kelapa
(Cocos nucifera), cengkih (Syzygium aromaticum), nangka (Artocarpus
heterophyllus), sukun (Artocarpus altilis),
mangga (Mangifera indica), durian (Durio zibethinus), langsat dan duku (Lansium domestikum), akasia (Acasia spp), sengon (Albizia chinensis), Gliricidia sepium, Zizyphus mauritiana,
Gmelina arborea
dan lain-lain di lahannya. Sistem agroforestry memainkan peranan penting dalam mitigasi perubahan iklim terutama karena
komponen pohonnya. Agroforestry juga dapat membantu meningkatkan produksi makanan (untuk
manusia dan juga hewan), serta menyediakan sumber nutrisi atau pendapatan alternatif
ketika hasil panen rendah (Toppo dan Raj,
2018).
Baca tulisan lengkapnya, klik di sini
No comments:
Post a Comment