Sunday, 26 May 2019

Pertanian Berbasis Hayati (Bio-based Agroculture)


Pertanian Berbasis Hayati (Bio-based Agroculture)
Pertanian memainkan peran yang semakin penting dalam ekonomi berbasis hayati, yakni menyediakan bahan baku untuk produksi bahan bakar cair, bahan kimia, dan bahan-bahan canggih, seperti komposit serat alami untuk industri, selain fungsi utamanya yang konvensional yaitu menyediakan pangan dan pakan. Munculnya industri hijau memberikan peluang yang yang lebih luas pada sektor perdesaan di luar kehutanan tradisional untuk penyediaan kayu. Ilmu biologi, yang merupakan salah satu ilmu dasar yang menunjang pertanian, memiliki kemampuan untuk melakukan peningkatan efisiensi secara bertahap dan untuk membawa perubahan radikal dalam berbagai sektor, termasuk sektor pertanian. Peranan ilmu biologi tersebut termasuk dalam hal produksi enzim, fermentasi dan pengembangan organisme untuk proses dan produk dalam industri energi, kimia, farmasi, makanan, tekstil, serta pulp dan kertas.
Di samping itu, ilmu biologi dan ilmu tentang material yang bekerja sama dalam pertanian memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor energi, komposit serat alam, dan pati. Sebagian besar potensi ini sudah direalisasikan, terutama ketika itu mendorong pertumbuhan yang cepat pada sektor bahan bakar hayati (biofuel). Pada saat ini, etanol sudah lazim diproduksi dari bahan baku yang asalnya dari pertanian yang mudah difermentasi seperti tebu, bit gula, biji-bijian sereal dan ubi kayu. Biodiesel diproduksi dari minyak nabati (biasanya rapeseed, kedelai dan minyak kelapa sawit) menggunakan proses modifikasi kimia yang disebut tranesterifikasi. Perkembangan produksi bahan bakar nabati cair telah dua kali lipat dengan cepat dari  68,3 juta ton pada tahun 2006 menjadi 130 juta ton pada tahun 2011.  Produksinya saat ini menggunakan bahan baku dari lebih dari 45 juta ha lahan. 

Baca tulisan lengkapnya, klik di sini

No comments:

Post a Comment