Pertanian Berbasis Hayati
(Bio-based Agroculture)
Pertanian memainkan peran yang semakin penting dalam ekonomi berbasis hayati, yakni menyediakan bahan baku untuk produksi bahan bakar cair, bahan
kimia, dan bahan-bahan canggih, seperti komposit serat alami untuk industri,
selain fungsi utamanya yang konvensional yaitu menyediakan pangan dan pakan. Munculnya industri hijau memberikan peluang yang yang
lebih luas pada sektor perdesaan di luar kehutanan tradisional untuk penyediaan kayu. Ilmu biologi, yang merupakan salah satu ilmu dasar yang menunjang pertanian, memiliki kemampuan untuk melakukan
peningkatan efisiensi secara bertahap dan untuk membawa perubahan radikal dalam
berbagai sektor, termasuk
sektor pertanian. Peranan ilmu biologi tersebut termasuk dalam hal produksi enzim, fermentasi dan pengembangan organisme untuk proses dan produk
dalam industri energi, kimia, farmasi, makanan, tekstil, serta pulp dan kertas.
Di samping itu, ilmu biologi dan ilmu
tentang material yang bekerja sama dalam pertanian memiliki potensi yang
sangat besar dalam sektor energi, komposit serat alam, dan pati. Sebagian besar potensi
ini sudah direalisasikan, terutama ketika itu mendorong pertumbuhan yang
cepat pada sektor bahan bakar
hayati (biofuel). Pada saat ini, etanol sudah
lazim diproduksi
dari bahan baku yang asalnya
dari pertanian
yang mudah difermentasi seperti tebu, bit gula, biji-bijian sereal dan ubi
kayu. Biodiesel
diproduksi dari minyak nabati (biasanya rapeseed, kedelai dan minyak kelapa
sawit) menggunakan proses modifikasi kimia
yang disebut tranesterifikasi. Perkembangan
produksi bahan bakar nabati cair telah dua kali lipat dengan
cepat
dari 68,3 juta ton pada tahun 2006 menjadi 130 juta
ton pada tahun 2011. Produksinya saat ini menggunakan bahan baku dari lebih dari 45 juta ha
lahan.
Baca tulisan lengkapnya, klik di sini
No comments:
Post a Comment